Penulis: S. Jai

Desain Sampul: Alek Subairi

Penerbit: Pagan Press, Juli 2024

Ukuran: 14 cm x 21 cm

Tebal: xvi + 404  halaman

ISBN:  978-623-8129-37-9

HARGA: Rp. 75.000

KETEGANGAN, krisis; menjadi ruh sastra. Termasuk ketegangan dengan dirinya sendiri—kemanusiaan, humanisme—sebagai suatu keadaan pasca-humanisme.

Kondisi posthumanisme di negeri kita mengingatkan pada gagasan “Sastra Kontekstual” yang dimotori Ariel Heryanto dan Arief Budiman di tahun 1980-an. Boleh dibilang inilah gejolak terbesar sebuah perdebatan yang menyoal dominasi estetika tertentu pengabdian pada kemanusiaan. Tak ada rumusan yang bulat memang pasca perdebatan tersebut sebagaimana pencapaian rumusan estetika Giorgio Agamben (Posthumanisme kritis) yang radikal melawan estetika. Yang mengajak kembali menjadi “anak kecil,” di depan karya seni karena estetika semata memiskinkan-mengosongkan pengalaman.

Dalam seni kontemporer (kondisi posthumanisme digambarkan dalam pelbagai bidang fiksi ilmiah, futurologi, seni kontemporer dan filsafat) yang berpusat pada pembahasan di luar manusia cukup banyak ditemukan di sejumlah karya sastra, juga film. Karya-karya fantasi Julies Verne, Binatangisme—George Orwell, juga 1984, menyebut beberapa saja. Tak terkecuali yang dicontohkan dalam awal pembuka tulisan ini, umumnya,  membahas pertanyaan etika dan keadilan, komunikasi bahasa dan trans-spesies, sistem sosial, dan aspirasi intelektual antar-disiplin ilmu.

Kemanusiaan versus mesin cerdas, salah satunya. Termasuk di dalamnya teknologi, persepsi visual dan representasi digital. Sehingga dengan demikian manusia dan kemanusiaan mengalami dekonstruksi—penundaan penundaan pemaknaan, pemahaman realitas dan juga konteks. Sudah barangtentu implikasinya sangat luas dalam kesadaran, bahasa, komunikasi, psikologi, kreativitas dan lain sebagainya etika, estetika, objektivitas, subjektivitas.  

Judul Buku: POSTHUMANISM, Esai-esai S.Jai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *