Orasi Budaya Anugerah Sastra Sutasoma, Balai Bahasa Jawa Timur, 17 Oktober 2019

SASTRA POSTMITOS: INSTITUSI,  EMANSIPASI, REVOLUSI

S. Jai

 

Bapak-Ibu, Saudara-Saudara, dan kawan-kawan sekalian,

 

Sebenarnya saya cukup kikuk berbicara dengan tagline Orasi Budaya,  karena wilayah ini kerapkali dan memang semestinya dalam lingkup para orator, peneliti, pemikir, atau setidaknya kritikus—mereka yang fasih membincang aktualitas. Sementara saya lebih banyak berjibaku selaku pengarang—yang kerap bergulat, bergelut dengan realitas. Jikapun mengulik dalam kritik, saya pilih berkendara esai-esai yang terang tak memerlukan simpulan-simpulan, pendapat, opini, sikap atau solusi-solusi yang kokoh, keras dan tegas tanpa saya harus meminta maaf. 

Cerpen Fatah Anshori

Koala Pemakan Segala

Cerpen Fatah Anshori

 

SUDAH  hampir satu bulan  kau bekerja di kamar operasi. Kau sudah melihat banyak hal tentang isi tubuh manusia. Sesuatu yang berada di balik kulit.

Sebelumnya kau hanya melihat dari buku biologi bagaimana rupa usus besar, usus halus, lambung, hati dan semuanya hanya sekilas saja digambarkan dengan ilustrasi dua dimensi. Tak ada yang membekas.

Setelah kau bekerja di kamar operasi rumah sakit swasta di kota, segalanya tampak berubah. Segalanya tampak nyata dan ilustrasi-ilustrasi dua dimensi itu kini dapat kau pegang bentuk dan teksturnya dengan kedua tanganmu.

Puisi Agus Buchori

Puisi Agus Buchori

 

 

 

Ode Buat Penyair Tua

 

aku mengejamu di pojokan kios buku

kata katamu membiusku

menggelorakan bara

melenakan jiwa

 

Sepertinya aku ingin sepertimu

Menggubah kata dengan istiqomah

Dengan bahasa sederhana

Menetaskan berjuta hikmah

 

Hikayat dirimu kususuri

Huruf demi huruf kejelajahi

Kuresapi setiap makna

Menjanjikan cita-cita

 

Pada suatu siang

Kulihat wajah rentamu

Dengan kabar tentang kepergianmu

Jauh jarak aku denganmu, patah pada detak waktu

 

Kenapa kita terasa begitu dekat

Akrab dalam kata

Serasa kita saling tahu

 

 

Perjalanan

                                : Budi Darma

kata yang terbaca tak tuntas

maknanya melayang ke langit.

Jalan Kopi

JALAN KOPI

Cerpen S. Jai

 

 

KANTUNG celanaku tak pernah kosong dari kopi; sebentuk biji yang membuatku bergairah. Aku sungguh terangsang, semenjak Rena mensyaratkan padaku bila aku serius ingin hidup bersamanya, dan berbahagia, maka jadilah aku ahli kopi.

Aku tak mengerti kenapa Rena sungguh terobsesi pada kopi. Aku juga tak tahu mengapa geloranya justru dilemparkannya padaku. Aku bukan satu-satunya lelaki  yang mengagumi kecantikannya, ingin menikahinya, melahirkan anak-anak dari rahimnya dan bahagia hidup bersamanya.

Aku lelaki pasaran, yang tak memiliki keistimewaan dalam hal perempuan.

Nurel: Tafsir dan Takdir

Nurel: Tafsir dan Takdir

Oleh S. Jai

 

KEPERGIAAN Nurel Javissyarqi meninggalkan misteri; bagi saya, keluarganya, dan tak sedikit orang. Ini nyata dari sejumlah tulisan, komentar, kesan, telpon para sahabat. Akan tetapi, misteri yang saya maksudkan bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan dunia gaib, meski tak bisa disangkal inilah mistik.

Bukankah manusia memang makhluk misteri?

Terlebih Nurel nyata sekali sosok yang mengerti, bahwa dirinya, juga hidupnya sangat misterius. Segala laku dan sepak terjangnya tak lain untuk itu, meski entah sebenarnya ia telah betul-betul mengerti ataukah pura-pura mengerti bahwa semua itu akan sia-sia.

Rumah di Atas Air

Rumah di Atas Air

Cerpen S. Jai

ORANG-ORANG sulit percaya akan sesuatu hal. Entah itu karena paham, entah lantaran tak mengerti. Mereka cepat sekali meyakini; segala urusan manusia berujung tetek mbengek dagang sapi.

Tersebab itulah kuceritakan padamu setangkai kisah yang barangkali tak kan dipercaya siapapun; tentang sebuah rumah di atas air; perihal suatu keluarga yang bermukim di danau berkabut sepanjang masa, yang anteng—tanpa pulau, tanpa biduk, tanpa tepian. Airnya sejuk, kecipaknya sekadar petanda ada yang datang, mungkin ikan, barangkali seseorang.