Penulis:  Apriliya Orevi

Penyunting: Imung Mulyanto

Penerbit: Pagan Press, Desember 2022

Tebal/ukuran:  xii + 500,  14 cm x 20 cm

ISBN: 978-623-6910-88-7

Harga:

Novel ini ditulis tanpa pretensi. Begitulah pengakuan penulis. Mengalir begitu saja. Jadinya enak diikuti. Pembaca seperti mendengarkan seorang story teller sedang bercerita secara langsung di hadapannya.

Bagian pertama, eksposisi yang manis. Wulan muda dipertemukan dengan Iyan, laki-laki matang yang unik dan kemudian mengajaknya berenang dalam lautan cinta. Sebagai gadis belia yang masih innocent, Wulan hanyut hingga hilang kendali. Tiaranya pun runtuh.

Bagian kedua, muncul point of attack. Iyan menghilang seperti ditelan bumi. Akibatnya Wulan harus berjuang sendiri dengan benih Iyan di rahimnya. Wulan terpuruk, bermandikan air mata, amarah dan dendam. Beruntung Wulan memilih jalan menebus kesalahan dengan merawat buah kekeliruannya.

Bagian ketiga, Wulan bertemu “malaikat penyelamat” bernama Ev. Ella Latuconsina. Dialah yang mengajari Wulan cara memaafkan dan menerima takdir. Wulan diajak tenggelam dalam doa. Lahirlah Ebiyan, buah cinta terlarangnya.

Bagian keempat, Wulan mengunduh buah perjuangan dan doanya. Dia dipertemukan dengan jodohnya, Peter, bule baik hati dan mapan dari Belanda. Bersamanya Wulan membesarkan dan mengasuh Ebiyan. Sayang, Peter meninggal dunia sesaat setelah Ebiyan diwisuda menjadi sarjana.

Bagian kelima, Wulan terjebak ke dalam lorong waktu. Takdir mempertemukan kembali Wulan dengan Iyan, laki-laki yang dua puluh tahun lalu pergi tanpa pesan. Wulan ingin mendengar pengakuan laki-laki itu.

Bagian keenam, ketenangan Wulan kembali terusik karena harus menyembunyikan status Ebiyan di hadapan Iyan. Wulan tidak ingin memporakporandakan perasaan Ebiyan. Di mata Ebiyan, ayah dan pahlawannya adalah Peter. Celakanya, saat tinggal di Indonesia, Ebiyan justru akrab dengan Iyan.

Bagian ketujuh, Wulan harus menghadapi pertarungan baru di hatinya. Antara sisa rasa cinta dan sisa rasa marah terhadap Iyan yang faktanya adalah ayah kandung Ebiyan. Konflik baru pun muncul. Bagian kedelapan, penulis menutup novel ini secara open ending. Ini menyiratkan penulis tidak mau berperan sebagai “tuhan” yang memiliki kuasa mutlak atas para tokoh rekaannya. Penulis menyerahkan kepada pembaca untuk memilih akhir cerita sesuai persepsi dan hati nuraninya. Penulis hanya menyiratkan akan ada sekuel kelanjutannya.Selamat menikmati!

 

 

Judul Buku: Wulan, Love, Tears & Prayers

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Tabik, sudah menghubungi kami. Silakan chat lebih lanjut