Puisi Agus Buchori

 

 

 

Ode Buat Penyair Tua

 

aku mengejamu di pojokan kios buku

kata katamu membiusku

menggelorakan bara

melenakan jiwa

 

Sepertinya aku ingin sepertimu

Menggubah kata dengan istiqomah

Dengan bahasa sederhana

Menetaskan berjuta hikmah

 

Hikayat dirimu kususuri

Huruf demi huruf kejelajahi

Kuresapi setiap makna

Menjanjikan cita-cita

 

Pada suatu siang

Kulihat wajah rentamu

Dengan kabar tentang kepergianmu

Jauh jarak aku denganmu, patah pada detak waktu

 

Kenapa kita terasa begitu dekat

Akrab dalam kata

Serasa kita saling tahu

 

 

Perjalanan

                                : Budi Darma

kata yang terbaca tak tuntas

maknanya melayang ke langit.

sebuah cerita pernah hadir

dari fakta dan rekaan yang berkelindan.

 

dikenanglah sebuah kisah

tersebab kenyataan yang muncul di impian

atau sebaliknya dari tangan pengkisah berbudi.

 

ketika sang juru cerita pergi

penikmatnya masih terpenjara

antara kenyataan dan fiksi.

selamat jalan sang juru cerita

semoga kita bertemu di alam imaji.

 

 

 

Di Gundukan Tanah Basah

                                Buat: Nurel

Di gundukan tanah basah

bunga kantil dan kamboja menebar wanginya.

sambil bersimpuh

aku mencium aroma kertas yang kau tulis

katamu ingin mengkhatamkan doa-doa.

 

Kau petikkan kembang sekuntum sebagai bukti

niatmu memberi tak pernah mati.

Di gerbang kehidupan itu, perempuanmu pernah bersaksi

tak perlu bukti

jadilah kerani abadi

mengabdi di jalan literasi.

 

Duniamu yang kau yakini

telah memelukmu erat tak lepas lagi.

Jalan itu kau susuri

dari gurumu sejati, Mas Suryanto salam takzim untuknya di rumah abadi.

AGUS BUCHORI Penulis lahir di desa nelayan, Paciran, di pesisir utara Kabupaten Lamongan, 17 November 1975. Sehari-harinya menjadi Arsiparis di Dinas Kearsipan Daerah Kabupaten Lamongan. Tahun 2018 terpilih menjadi arsiparis teladan Jawa Timur dan tahun 2019 menjadi finalis Arsiparis Teladan Nasional yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia.  Puisinya tersebar di Bali Post, Bicara.news.com, Pustakaekspresi.com,   Radar Bojonegoro (Jawa Pos grup), Balai Bahasa Jawa timur dan di qureta.com, Tahun 2019 kemarin meluncurkan Antologi cerpen terbarunya: Muson  Serta  Muasal Puisi, sebuah antologi puisi  di tahun 2020.  Di tahun 2021 juga menerbitkan Mat Klobot, esai budaya tentang dinamika Desa Paciran  dan Sana Sini Literasi, esai tentang dunia baca tulis dan bagaimana mencari informasi. Bisa di hubungi di agusbuchori@gmail.com

Catatan Redaksi

 

Tiga sajak Agus Buchori dalam edisi ini sengaja dipilih lantaran penyair memperlihatkan ihtiarnya menyuguhkan keunikan estetis; keindahan dan sublimasinya. Sajak Ode Buat Penyair Tua menyoal tafsir atas teks-puisi karya seorang penyair tua—yang kepadanya otentisitas eksistensinya telah berakhir, alias mati. Sublimasinya ada pada waktu-menua-kematian. Pendeknya, sajak memantik sang penyair dalam gairah eksistensi, memahami, makna, hikmah, cita-cita, juga perjumpaan dan kepergian,  termasuk di dalamnya kesadaran pada kematian, kesadaran ada dan tiada serta keberadaan. Keindahan lain sajak ini, adanya pertanyaan hermeneutik, yang jawabannya serasa sebagai reproduksi kesepahaman, rekonstruksi pengetahuan.

Nyaris senada, sajak Perjalanan yang ditujukan pada pengarang Budi Darma, gaungnya dekonstruktif, ketika tak terbaca secara tuntas, saat makna justru melangit. Sublimasinya, sebuah cerita percampuran fakta dan fiksi, kenyataan yang muncul dari impian, antara kenyataan dan mimpi. Barangkali pembauran. Boleh jadi bukan keduanya. Adakah yang lebih agung dari selain fakta dan fiksi?  Adakah, keindahan lain yang lebih dari situasi absurd di penjara dunia ini? Sajak ini menjawabnya ada: Doa bertemu di alam imaji.

Kematian, dan kemudian keabadian juga menjadi sublimasi sajak persembahan untuk (alm) Nurel Javissyarqi: Di Gundukan Tanah Basah. Penyair bersikeras mengundang ‘tulisan’ ‘doa’ yang khatam, ‘kenangan’ dan ‘kesaksian,’ demi penciptaan pelbagai efek keindahan. Puncaknya, menjadi juru tulis abadi, serta dunia eksistensial penyair yang digeser jadi pelukan yang tak melepasnya lagi, rumahnya yang abadi. Pergeseran dua dunia ini boleh dikata percobaan penyair  yang cukup beresiko filosofis. (S. Jai)

Puisi Agus Buchori

2 gagasan untuk “Puisi Agus Buchori

Tinggalkan Balasan ke Mukminin Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Tabik, sudah menghubungi kami. Silakan chat lebih lanjut