Penulis: Tjahjono Widijanto
Editor: S. Jai
Ukuran: 14×20 cm
Tebal: x + 82 Halaman
Berat: 200 gram
Sampul: Sotf Cover
ISBN: 978-623-6910-77-1
Harga:
Buku ini berisi dua naskah lakon dalam satu buku, di bawah judul Tamu Terakhir dan Siklus. Harapannya memperkaya khazanah sastra lakon. Harapannya agar disambut baik para peminat sastra, utamanya para pegiat teater atau seni drama.
Lakon drama Siklus ini menggambarkan renungan perjalanan manusia. Melalui tokoh perempuan tua yang mempertanyakan hakikat tentang awal dan akhir. Hidup merupakan rangkaian perjalanan yang berkesinambungan. Masa lalu dan masa depan jalin menjalin menjadi satu meski tetap berada pada dunianya sendiri-sendiri. Tokoh Perempuan Tua yang merindukan tokoh Muda merupakan cerminan dari manusia yang gagal menghapus bayang-bayang masa lalu. Perempuan Tua akhirnya dapat menerima realitas dirinya yang fana melalui pertolongan tokoh Kala dan Pendongeng.
Sedangkan, drama satu babak berjudul Tamu Terakhir ini boleh dikata perihal romantika keabadian sejoli di usia senja. Ikhwal kesepian, kerinduan, harapan atau tepatnya kematian dan sebut saja kedamaian hidup di alam selanjutnya. Mengisahkan perempuan tua Karsih yang telah lebih dulu ditinggal suaminya Dipo, dan harus membesarkan kedua anaknya Haryati dan Tejo. Kemiskinan menyebabkan Haryati meninggalkan rumah dan tak kembali. Karsih, bersama Tejo dalam kehidupan sehari-harinya, hanya menanti kepulangan Haryati. Selebihnya, tanpa sepengetahuan Tejo, diam-diam Karsih dalam kesepiannya menanti kedatangan Dipo, suaminya, kekasih sejatinya untuk menjemputnya ke alam keabadian, kebebasan, alam yang tak mengenal sedih dan nestapa. Alam keabadian cinta mereka.
Pendek kata terbitnya buku ini, boleh dikata sebagai pemantik, sekaligus harapan untuk di waktu mendatang, terus diikuti penulis lain menerbitkan buku naskah lakon. Terlebih yang cukup menggembirakan dua naskah dalam buku ini karya sastrawan ternama: Tjahjono Widijanto. Melalui buku ini, kita menjadi lebih tahu betapa sastrawan yang Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelahiran Ngawi 18 April 1969 ini memang menulis dalam banyak genre; puisi, esai, kritik, cerpen, juga drama.
Singkatnya, pada titik tertentu perhatian sastrawan ini atas pendidikan di bidangnya sungguh paripurna. ●