Buku Postmitos: Esai-Esai S. Jai memamerkan keluasan dan kedalaman wawasan dan pengetahuan kesusastraan, kesenian, dan kebudayaan penulisnya. Penulis senantiasa mengupas atau menelaah isu-isu kesusastraan ditelaah dengan bingkai kesenian dan kebudayaan sehingga buku ini memperlihatkan bentangan luas dalam persoalan kesusastraan-kesusastraan tak dipandang secara mikro-literer, melainkan juga secara makro-kultural. Buku ini juga menggambarkan ketekunan, kerajinan, dan kecekatan penulisnya sebagai pencatat, pengamat, pengulas, dan penimbang karya sastra dan peristiwa sastra dalam berbagai satuan waktu dan tempat termasuk karya sastra dan peristiwa sastra yang berlangsung di Jawa Timur. Demikian banyak dan beraneka ragam karya sastra dan peristiwa sastra yang dicatat, diamati, dan diulas oleh penulisnya, yang mengimplikasikan betapa panjang nafas dan kuat daya kerja sang penulis.
Selain itu buku setebal 550 halaman lebih ini juga memperlihatkan daya refleksi yang kuat dan daya kritis yang tajam dari penulisnya terhadap pelbagai persoalan kesusastraan beserta jalin-kelindannya dengan kesenian dan kebudayaan. Penulis berhasil merontgen dengan cermat dan mendasar berbagai persoalan actual dan empiris seputar sastra dalam kaitannya dengan film, pertunjukan, buku dan budaya simbolis sehingga analisis dan atau refleksinya terhindar dari kesan klise dan monoton.
Demikian juga secara kritis penulis membuat perhitungan-perhitungan literer, estetis, dan cultural atas berbagai peristiwa dan gejala kesusastraan dalam bingkai konseptual dan teoritis tertentu, untuk kemudian menawarkan dan menyodorkan pikiran atau gagasan tertentu sebagai implikasi. Misalnya dengan berani dan kritis penulis menggugat kualitas kebudayaan kita disamping mempertimbangkan mitos, dan selanjutnya menawarkan gagasan atau pikiran pascamitos termasuk di dalamnya estetika sastra pascamitos. Baginya tradisi dan kebudayaan tak hanya perlu diafirmasi dan dilindungi, tetapi juga ditimbang kembali dan dikritisi, bahkan ditranformasikan agar kemajuan kesusastraan dan kebudayaan dapat dicapai.
Juri Anugerah Sutasoma 2019