Novel-novel Kitab Omong Kosong, Drupadi, dan Wisanggeni Sang Buronan karya Seno Gumira Ajidarma; dan novel Perang karya Putu Wjaya merupakan contoh novel-novel Indonesia yang terinspirasi dari cerita wayang yang bersumber dari Ramayana dan Mahabarata. Meskipun berlatar wayang, namun novel-novel tersebut kehadirannya tidak dapat dilepaskan dari aspek sosial dan budaya masyarakat pada saat novel-novel itu diciptakan dan merupakan respon dan reaksi pemgarangnya terhadap dinamika sosial budaya pada zamannya. Novel-novel Kitab Omong Kosong, Drupadi, Wisanggeni sang Buronan, dan Perang selain menyajikan sebuah kisah atau narasi cerita berlatar wayang juga menghadirkan pandangan-pandangan atau penafsiran baru tentang kebudayaan Jawa terkait dengan wayang.
Penelitian yang dilakukan terhadap novel-novel KOK, D Wis dan P ini menggunakan teori atau cara baca dekonstruksi yang menganggap bahwa di dalam sebuah teks terdapat teks- teks yang lain dan tidak ada penafsiran makna yang tunggal, paling benar dan tetap pada teks-teks tersebut. Makna selalu terbuka dengan penafsiran-penafsiran baru termasuk pemaknaan terhadap wayang yang selama ini dianggap telah mempunyai kebenaran yang tetap atau metanarasi.
Di dalam novel-novel yang diteliti dapat ditemukan dekonstruksi mitos-mitos yang berkaitan dengan wayang yang selama ini dianggap sebagai sesuatu kebenaran yang sudah stabil, tetap, dan pakem. Dekonstruksi itu berupa dekonstruksi mitos satria, dekonstruksi punakawan, dekonstruksi perang dan kekuasaan dalam wayang, dan dekonstruksi citra wanita Jawa dalam wayang. Dekonstruksi dalam novel-novel tersebut juga berupa pembongkaran oposisi binner wayang.
Novel-novel KOK, D, Wis , dan P, ddipandag dari cara baca dekosntruksi memperlihatkan upaya penangguhan atau difference tentang mitos-mitos satria melalui instabilitas tokoh Rama dan Pandawa . Mitos Rama dan satria yang dalam wayang dimaknai sebagai sesatu yang agung, suci, indah dan luhur, yang memayu mayu hayuning bawana, ditangguhkan dengan dimunculkan karakter yang berkebalikan yaitu penghancur, kejam, fasis, dan ambisius. Difference dilanjutkan dengan invensi, yaitu hadirnya pengandaian ilegalitas, atau “pelanggaran” suatu kontrak impulsif yang mengakibatkan ketidakberaturan ke dalam tatanan harmoni dalam berbagai hal. Different dan invesi yang terdapat dalam novel yang dikaji berupa pengabaian atau peruntuhan mitos satria dalam wayang. Dunia wayang yang mengagungkan dunia satria ditangguhkan dan dihasilkan perbedaan dengan munculnya dunia lain, dunia jelata. Difference dan invensi dilanjutkan dengan upaya iterabilatas, yakni pengulangan yang menghasilkan perbedaan dengan menghadirkan liyan (“yang lain”) yang selama ini tidak diabaikan dan diperhatikan.