Buku puisi ”Sungai Sejati” yang ditulis penyair Eka Budianta wujud bertaburnya keindahan, sublimasi, dan ragam suara-suara sejak dari kesunyian paling gelap hingga bebunyian yang paling nyaring terdengar bagi pembaca.
PERASAAN takjub sekaligus ngeri yang terbit dari tafsir teks tertentu kerapkali dinilai melampaui keindahan. Bahkan tak jarang dipertentangkan: bahwa yang sublim—yang menerbitkan pukau, ekstase dan ketakjuban itu—berbeda dengan yang indah.